China Sudah Akhiri Kebijakan 1Anak
China Akhiri Kebijakan Satu Anak
By : Nanadiana
AGEN Poker -Sebagai negara dengan populasi terbanyak
di dunia, China memiliki kebijakan satu anak sejak 1979. Namun belum
lama ini muncul kebijakan baru yang memperbolehkan keluarga memiliki
lebih dari satu anak.
Presiden Xin Jinping telah mengumumkan
akhir kebijakan satu anak yang sangat kontroversial. Mereka menganggap
tambahan satu anak dapat meredakan kondisi perekonomian negara karena
kekurangan tenaga kerja dan menggantikan populasi lansia dengan cepat.
Di sisi lain, para ahli justru menilai
kebijakan ini sangat terlambat karena banyak orang desa pindah ke kota
dan mulai nyaman dengan satu anak. Tak hanya itu, pegiat hak asasi
manusia terlanjur mengeluarkan pernyataan bahwa banyak perempuan dipaksa
melakukan aborsi karena hamil anak kedua.
Kebijakan lama dinilai telah mengakar
hingga pelosok daerah. Saat ini wanita di China putus asa bila janin
yang dikandungnya ternyata perempuan. Mereka tak segan membunuh bayi
yang baru lahir dan beranggapan bayi mereka harus laki-laki untuk
membantu mencari nafkah.
Menurut media setempat, kebijakan lama
telah menciptakan ketidakseimbangan gender begitu parah, sehingga
sekarang ada 117 anak laki-laki lahir untuk setiap 100 anak perempuan.
Diperkirakan pada tahun 2020 akan ada 30 juta bujangan di China, yang
akan kesulitan mendapatkan istri.
Daily Mail, Jumat (30/10/2015)
melaporkan saat ini diperkirakan China memiliki 1,4 miliar jiwa dengan
30 persen di antaranya berada di usia lebih 50 tahun. Hal ini
mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosial di negara itu.
Seorang profesor ekonomi di Universitas
Zhejiang, Xie Zuoshi, mengatakan kontroversi ini menimbulkan
kekhawatiran poligami bagi masyarakat China. Untuk mengatasi krisis,
kebijakan satu anak mesti ditinggalkan karena dapat mendorong kejahatan.
Di sisi lain, ahli reproduksi di
University of East Anglia, Dr Anna Smajdor, berpendapat kebijakan baru
ini terlambat untuk mengejar ledakan populasi karena saat ini tingkat
kelahiran rendah, terutama di kalangan wanita berpendidikan.
0 komentar: